Percobaan Thomson Tabung Sinar Katoda
PERCOBAAN THOMSON TABUNG SINAR KATODA
Pada tahun 1897, fisikawan Inggris J. J. Thomson (1856-1940) bereksperimen dengan alat yang disebut tabung sinar katoda, di mana arus listrik dilewatkan melalui gas pada tekanan rendah. Sebuah tabung sinar katoda terdiri dari tabung gelas tertutup dipasang di kedua ujungnya dengan disk logam yang disebut elektroda. Elektroda tersebut kemudian dihubungkan ke sumber listrik. Salah satu elektroda, yang disebut anoda, menjadi bermuatan positif sedangkan elektroda lainnya, disebut katoda, menjadi bermuatan negatif. Sebuah sinar cahaya (sinar katoda) melakukan perjalanan dari katoda ke anoda.
Investigasi awal oleh Sir William Crookes dan lain-lain telah dilakukan untuk menentukan sifat sinar katoda ini. Thomson memodifikasi dan memperluas percobaan ini dalam upaya untuk mempelajari sinar misterius. Dia menemukan dua hal, yang mendukung hipotesis bahwa sinar katoda terdiri dari aliran partikel.
Ketika sebuah benda ditempatkan antara katoda dan ujung tabung, itu membentuk bayangan pada kaca.
Sebuah tabung sinar katoda dibangun dengan rel logam kecil antara dua elektroda. Melekat pada rel adalah roda dayung yang mampu berputar di sepanjang rel. Setelah memulai tabung sinar katoda, roda berputar dari katoda menuju anoda. Hal ini membuktikan bahwa sinar katoda terbuat dari partikel-partikel yang harus memiliki massa. Crooke pertama kali mengamati fenomena ini dan menghubungkannya dengan tekanan dengan partikel-partikel ini pada roda. Thomson benar menduga bahwa partikel-partikel tersebut menghasilkan panas, yang menyebabkan roda berputar.
percobaan tabung sinar katoda
Dalam rangka untuk menentukan apakah sinar katoda terdiri dari partikel bermuatan, Thomson menggunakan magnet dan piring yang bermuatan untuk membelokkan sinar katoda. Dia mengamati bahwa sinar katoda dibelokkan oleh medan magnet dengan cara yang sama seperti kawat yang membawa arus listrik, yang diketahui bermuatan negatif. Selain itu, sinar katoda dibelokkan menjauh dari piring logam bermuatan negatif dan menuju pelat bermuatan positif.
Thomson tahu bahwa muatan yang berlawanan akan tarik menarik satu sama lain, sementara muatan yang sama akan tolak-menolak satu sama lain. Bersama-sama, hasil dari percobaan tabung sinar katoda menunjukkan bahwa sinar katoda sebenarnya sungai kecil dari partikel bermuatan negatif bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi. Sementara Thomson awalnya menyebut partikel-partikel ini korpuskel, mereka yang kemudian dinamai elektron.
Thomson melakukan eksperimen lebih lanjut, yang memungkinkan dia untuk menghitung rasio (e/m) elektron. Dalam satuan coulomb dengan gram, nilai ini adalah 1,8 × 108 coulomb / gram. Ia menemukan bahwa nilai ini adalah konstan dan tidak tergantung pada gas yang digunakan dalam tabung sinar katoda atau pada logam yang digunakan sebagai elektroda. Dia menyimpulkan bahwa elektron yang bermuatan negatif merupakan partikel subatomik yang hadir dalam atom semua unsur.
Bunyi teori atom Thomson:
1. Atom berupa bola yang bermuatan positif dengan adanya elektron yang bermuatan negatif disekelilingnya.
2. Muatan positif dan negatif pada atom besarnya sama. Hal ini menjadikan atom bermuatan netral. Suatu atom tidak mempunyai muatan positif atau negatif yang berlebihan
3. Didalam suatu atom ada suatu partikel bermuatan negatif yang disebut elektron.
4. Setiap elektron dalam setiap atom sifatnya sama sehingga dinamakan partikel dasar.
Model atom Thomson
Selain roti kismis, teori atom Thomson dapat diumpamakan sebagai sebagai semangka. Daging buah yang berwarna merah melambangkan ruang yang bermuatan positif, sedangkan biji yang tersebar didalamnya adalah elektron yang bermuatan negatif.
Sekian terimakasih semoga bermanfaat
tw @SyahidahMuthiah Ig @bavarian_angel



Komentar
Posting Komentar